Rabu, 05 Mei 2010

Tanya Hati part 1


Kalian masih ingat cerbung saya yang ini?? Hehe.. Bakal di post disini terus..
ini saya post ulang dari part 1

_ _ _


Tanya Hati

“Ha?! Udah jam segini?! Huwaaaaaa telaaat!” teriak Keke langsung berlari ke kamar mandi. Setelah mandi, ia mengambil seragam kemudian sarapan dan langsung berangkat.
“Keke berangkat ya, Pa!” seru Keke. Ia berlari ke sekolah yang tak jauh dari rumahnya.
‘Kalau telat dihukum apa aku sama Pak Ley!’ batin Keke khawatir dan mempercepat larinya.
Di sisi lain, ada Cakka sedang berjalan sambil mendengarkan musik di hand phone nya dengan headset. “Habataitara modorena itto itte mitsu…”
BRAK!
“Aduh!” jerit Keke mengelus kepalanya.
“Auuu!” jerit Cakka mengelus kakinya.
“Hei! Jalan pake mata dong!” keluh Cakka.
“Maaf ya! Tapi aku jalan pake kaki!” balas Keke langsung berlari pergi.
“Ah dasaaar sialaan!” teriak Cakka saat melihat Keke telah berlari pergi, “Tapi cewek tadi siapa ya?”
***
“KEKE! KAMU LIHAT SUDAH JAM BERAPA INI?! BERDIRI DI LUAR SAMPAI ISTIRAHAT!” marah Pak Ley.
‘Tuh kan.. haduh.. lagi-lagi disuruh berdiri di luar..’ batin Keke. Keke pasrah keluar sambil memasang muka sebal.
***
“Kekee! Ayo ke kantin!” teriak Oik.
“Hahh?! Keke?!” kaget Oik lebay. Terlihatlah Keke yang berpose bagaikan suster ngesot.
“Ik, aku enggak bisa berdiri… pegeelnyaa.. Kakiku kayak patah,” kata Keke. Oik mencoba membantu Keke. yah, asal kalian tahu, Oik yang bertubuh mungil itu sepertinya tidak bisa mengangkat Keke yang habis makan banyak. Secara tiba-tiba, ada yang menggendong Keke.
“Eh, eh, eh, turunin akuuu!” teriak Keke seperti anak diculik.
“Udah ah! Diem aja kamu!” ujar laki-laki itu. Lalu ia mendudukkan Keke dibangkunya.
“Bukannya terima kasih.. malah pasang tu manyun.. Ckckck,” kata laki-laki itu.
“Makasih deh,” sambung Keke malas.
“Yeileeh.. Senyum dong!” Lalu Keke tersenyum dan kembali manyun.
“Tapi, tumben yaa kamu merhatiin aku! Hahahaa!” tawa Keke. Niat Keke sih mau bikin dia ketawa tapi yang ada malah dia malu-malu, pipinya aja udah merah.
“Ih? Yoo.. Kok kamu beda banget sih?” tanya Keke. Oik yang sedari tadi mengintip kini ketahuan oleh Keke.
“Hayoo.. Nguping nih!” seru Keke. Oik cengengesan.
“Ya udah deh! Lagian, aku enggak mau ganggu orang pacaran.. Rio Keke, OKE! Hahaha!” ledek Oik yang langsung mendapat lemparan sepatu Keke.
“Hehee.. Yo.. udah enggak usah dengerin kata-kata Oik.. biasa dia gila! Haha.. Aku ke kantin ya! Bubaay!” pamit Keke. Rio hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Keke.
***
Keke dan Oik berjalan ke kelas Agni, sahabat mereka walau mereka tidak satu kelas. Mereka melewati lapangan, banyak anak laki-laki main disitu.
“Ke..Ke.. Lihat Ke.. Ituuu..” bisik Oik seraya menunjuk seorang laki-laki yang sedang memasukkan bola ke ring.
“Dia? Kenapa?” tanya Keke.
“Ganteeeng yaa.. Mirip Justin Bieber! Huhuhu..,” jawab Oik meleleh.
‘Dia kan yang tadi pagi aku tabrak itu ya?’ batin Keke.
“Ah? Ganteng? Rambut nyakar muka kayak gitu ganteng? Ckckck..,” balas Keke. Oik melongo, tak merespon kata-kata Keke.
“Woyy! Udahlah ayo ke kelas Agni! Ngapain lihat orang yang rambutnya nyakar muka gitu!” ujar Keke sambil menarik tangan Oik.
“Ihh.. Ke, dia ganteng tau! Masa kamu enggak ngerti mana ganteng mana enggak? Wah, jangan-jangan kamu buta, Ke!” omel Oik panjang lebar kali tinggi di sepanjang perjalanan. Keke tak menghiraukan Keke.
“Agni!” panggil Keke. Gadis yang mengenakan topi terbalik itu menoleh ke Keke.
“Eh, Keke! Oik!” balasnya menghampiri Oik dan Keke.
“Ag, kamu kenal Cakka?” tanya Oik antusias.
“Cakka tukang ngomel itu yaa? Ngapain kamu tanya-tanya dia?” tanya Agni balik. Keke tersenyum bahagia. Oik manyun karena tak ada satupun dari sahabatnya yang sependapat dengan dia.
“Tukang ngomel? Dia tu ganteng, Ag! Mirip…. Justin Bieber!” ujar Oik sambil mengedip-ngedipkan matanya. Agni menaikkan salah satu alisnya.
“Justin Bi-E-ber?” tanya Agni salah membaca nama Justin Bieber.
GUBRAK!
“Aduh Ag.. Bacanya Biber.. bukan bieber,” sambung Keke membenarkan.
“Oo.. Haha.. Sorry sorry,”
“Tapi, dia ganteng kan, Ag?” tanya Oik sekali lagi.
“Enggak! Gantengan juga kapten basket di Sekolah kita ini! Mario Stevano!” jawab Agni. Keke dan Oik bengong.
“Ha? Apa, Ag? Mario? Kamu naksir sama dia, Ag? Huahahahaha!!” tawa Keke meledak. Agni bingung.
“Lho? Kenapa?”
“Dia tu sekelas sama kita! Dia malah deket banget sama si Keke tu!” jawab Oik sambil menyenggol Keke.
“Apa sih?! Eh, Ag, Kamu boleh naksir dia.. Tapi kamu jangan nyesel ya! Hahahaha!” tawa Keke sekali lagi.
“Hahh?! Kalian kenal? Keke dekeet? APAA?!” kaget Agni sepertinya berlebihan sambil menggoyang pelan tubuh Keke.
“Aduh.. Iya..iya.. Tapi, enggak usah lebay gitu dong!” balas Keke.
“Emm.. Ke…”
“Apa, Ag?”
“Tapi, kamu enggak suka kan sama Rio?” tanya Agni ragu-ragu. Keke tersenyum menahan tawa.
“Huahahahahaha! Aku enggak mungkin suka sama Rio, Ag! Hahahahahaa,” tawanya meledak. Agni manyun.
‘Kalau dia kayak gitu.. Jangan-jangan malah seneng beneran si Keke?’ batin Agni melangkah pergi.
“Hei! Ag!” teriak Oik.
***
“Obiet!” sapa Rio. Laki-laki yang sedang bermain biola itu berjalan menghampiri Rio.
“Weeitss.. Main biola buat siapa nih? Oik tercayong! Hahahaa..” goda Rio.
“Ah, Yo.. Aku denger-denger.. Si Oik suka sama Cakka ya?” tanya Rio.
“Oik suka Angeline?” kaget Rio.
“Cakkaa!! Bukan Keke!! Ah kamu tu yang ada di pikiranmu cuma Keke!” balas Obiet memukul pelan kepala Rio. Rio cengengesan enggak jelas.
“Hehehe.. Cakka suka Oik? Bukannya dia suka…..” ucapan Rio terpotong oleh Obiet.
“Oik yang suka! Bukan Cakka nya!” geram Obiet udah jengkel sama Rio.
“Oh.. Hehehe.. Sorry.. Aku lagi telmi,” sambung Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Tapi itu beneran enggak, Yo?” tanya Obiet.
“Enggak tahu ya.. Hmm.. Oh ya! Apa aku tanya Keke ya?” usul Rio. Obiet terlihat senang.
“Iya yo! Tanyain ya Yo! Yayayaya?” mohon Obiet.
“Iya-iya… Tenang aja.. “ Di tengah-tengah pembicaraan mereka. Laki-laki yang kata Keke memiliki rambut yang men-cakar mukanya alias Cakka datang.
“Hey bro!” sapa Cakka menepuk pundak Rio.
“Eh Cakka! Hahaha.. Gimana ketemu Agni enggak?” goda Rio. Cakka diam, lalu ia tersenyum.
“Kayaknya aku udah pindah ke orang lain deh Yo,” sambungnya.
“PINDAH?! Kamu mau pindah kemana, Cak?!” kaget Rio lagi-lagi dan lagi salah.
“Bukan pindah rumah! Tapi pindah hati!” balas Obiet membenarkan.
“Hoh? Ohh.. Jadi, kamu sekarang suka siapa?” tanya Rio.
“Gabriel…” belum selesai Cakka menjawab Rio sudah memotong.
“Ha?! Sama Kak Gabriel? Gilaaaa kamu, Cak?! Kamu masih normal kan?!” tanya Rio bertubi-tubi dan sekali lagi SALAH.
“Belum selesai tauu! Gabriel Pangemanan! Aku sih enggak kenal tapi tadi dia nabrak aku, aku liat di seragamnya.. namanya Gabriel Pangemanan,” jelas Cakka.
DENG!
“Ha? Ga..Gabriel Pangemanan?” kaget Obiet. Lalu ia melirik Rio yang sudah melotot. Cakka tersenyum dan mengangguk dengan santainya. Rio sepertinya marah, dan ia berlari tanpa berbicara sepatah kata pun.

TO BE CONTINUED

4 komentar: