Jumat, 07 Mei 2010

Wish Upon A Star

      Wish Upon A Star

 

            “Makasih ya Yo udah anter aku pulang!” ujar Keke. Rio mengangguk, lalu ia pergi. Keke menarik napass dan lepass, lalu ia perlahan membuka pintu rumahnya.

            “SUDAH CUKUP, MA!” teriakan suara Papa Keke.

            ‘Lagi lagi..’ batin Keke.

            PRANG! Vas bunga itu jatuh dan pecah.

            ‘Kapan sih Mama sama Papa bisa rukun?’ pikir Keke lalu berlari ke kamarnya.

            Di kamar, didapatinya, Ray, adiknya sedang duduk di lantai pojok kamarnya, wajahnya terlihat ketakutan. Keke segera menghampiri adiknya itu.

            “Ray?”

            “Ray.. Ray.. Takutt..” ujar Ray. Sebenarnya Ray sudah kelas 3 SD, tapi ia mengalami sesuatu keganjalan dalam pikirannya dan ia menjadi stres, dan banyak teman di kelasnya yang selalu mengejeknya ‘orang gila’ entah apa yang terjadi lagi, Ray tak mau lagi sekolah.

            “Tenang ya, Ray.. Ada kakak disini,” ujar Keke lalu memeluk adik tercintanya itu. Setitik air mata menetes dan jatuh membasahi pipi Keke.

            ‘Kapan semua ini akan berakhir?’ batin Keke.

                                                                        ***

            Malam itu, Ray dan Keke berada di atas genteng untuk melihat bintang bintang di langit.

            “Bintang bintang dilangit, menyimpan sejuta misteri, berkerlip kerlip bermain mat…” belum selesai Keke bernyanyi, Mamanya sudah berteriak,

            “Keke! Belum masak ya?!” Keke menepuk jidatnya, ia lupa memasak.

            “Ray, disini dulu ya.. Kakak nanti kesini lagi kok!” ujar Keke pada Ray. Lalu Keke turun ke bawah dengan menuruni tangga.

            Beberapa menit, Keke memasak. Hanya memasak sup ayam dan menggoreng tahu dan tempe.

            ‘Mama, enggak pernah masak lagi setelah kejadian dulu itu,’ batin Keke. kalian tahu kejadian apa itu? Ya, betul, kejadian saat Papa Keke pulang dengan selingkuhannya. Setelah kejadian itu, Mama dan Papa sering bertengkar, dan membuat Ray stres dan tak mau sekolah lagi.

            Setelah selesai, Keke kembali menaiki tangga menuju genteng. Ray terlihat sangat serius melihat bintang bintang di atas langit.

            “Ray! Hehe, bintangnya bagus ya! Ada yang besar ada yang kecil, ada yang sangat bercahaya ada yang tak begitu bercahaya,” jelas Keke sambil menunjuk salah satu bintang untuk menjadi contoh. Lalu mata Ray tertuju pada sebuah bintang jatuh.

            “Bintang jatuh!” seru Ray. Keke tersenyum.

            “Wah, kita ucapkan permohonan dalam hati yuk!” ajak Keke.

            ‘Ray pingin, keluarga Ray bisa kumpul lagi kayak dulu,’ batin Ray dengan memejamkan matanya.

            ‘Aku ingin, Mama sama Papa rukun lagi kayak dulu, dan keluargaku bisa kayak dulu lagi,’ batin Keke. lalu mereka berdua membuka mata.

            “Menyenangkan ya, Ray!” ujar Keke. Ray tersenyum dan mengangguk.

                                                                        ***

            Keke terbangun, ia melihat ke kalender. Tanggal 8 Oktober, dimana ia berulang tahun yang ke -11. Alangkah senang hati Keke. ia dengan semangat berangkat sekolah.

            “Hai Ke! Seneng banget nih? Kenapa sih?” tanya Rio tiba-tiba.

            “Eh? Enggak pa-pa kok!” jawab Keke tersenyum misterius.

            -Singkat Cerita-

            Saat pulang, apa yang Keke dapati? Apakah ucapan Happy Birthday dari Mama dan Papanya? Tidak, tapi kabar yang sangat buruk.

            “AKU SUDAH TAK TAHAN LAGI! LEBIH BAIK KITA CERAI!” kalimat itu diucapkan oleh Mama Keke, kue kecil yang baru saja Keke beli kini terjatuh. Kardus itu membunyikan sedikit suara, tapi Papa maupun Mama Keke sama sekali tidak merespon. Keke berlari menuju kamarnya dan membanting pintu kamarnya.

            BRAK!

            “Mama.. Papa…” Keke menangis tak ada hentinya hingga tertidur.

                                                                        ***

            Saat terbangun, Keke di telepon oleh Rio.

            “Halo?”

            “Ke, sini deh ke taman bintang ya!” ujar Rio. Tanpa menunggu jawaban Keke, Rio langsung menutup telepon. Keke dengan malas dan wajah sedih berjalan menuju taman bintang.

                                                                        ***

            “HAPPY BIRTHDAY KEKE!” teriak Rio, Ozy, Deva, Alvin, Ray. Keke sungguh tak menyadarinya, makanya daritadi Ray tak ada di rumah. Keke memang dekat dengan anak-anak cowok ketimbang cewek, yang cewek justru menjauhinya.

            “Maka…sih..” ujar Keke. air mata mengalir deras. Kini ia bingung apakah ini air mata bahagia atau sedih? Karena perasaannya kini campur aduk.

            “Kakak kok nangis sih?” tanya Ray dengan polosnya. Keke mengelus rambut adik semata wayangnya itu.

            “Ray, kamu tahu? Di rumah tadi, Mama dan Papa bertengkar lagi, dan Mama serta Papa memutuskan untuk… cerai,” jelas Keke. Ray terdiam, senyuman yang awalnya mengembang kini memudar berganti dengan air mata yang mengalir deras di pipi Ray.

            Rio ikut sedih mendengar cerita Keke, lalu Rio menepuk pundak Keke, “Yang sabar ya!” Keke mengangguk. Lalu Rio mengelus pipi Keke berusaha menghapus air mata Keke.

            “Jangan nangis lagi ah! Luntur tu manisnya!” goda Rio. Keke tersenyum dan tertawa kecil. Sedangkan teman-teman Rio yang lain sedang asik berdehem dan bersorak.

            “Apaan sih kalian!” keluh Rio.

                                                                        ***

            Malam itu, sidang perceraian Mama dan Papa Keke/ Ray. Dan Keke maupun Ray disuruh memilih untuk ikut dengan Mamanya atau Papanya? Mama dan Papa Ray dan Keke berebut Keke. tak ada yang ingin merawat Ray, karena kalian tahu sendiri kan?

            “CUKUP!” teriak Keke membuat suasana sepi. Air matanya kembali mengalir, namun kini lebih deras.

            “Aku.. mutusin.. buat… enggak pilih siapa siapa dan aku bakal hidup sama Ray!” ujar Keke. langsung, suasana sepi berganti dengan suasana sangat ramai.

            Lalu Keke menggandeng Ray, adiknya itu dan berlari keluar tempat persidangan.

                                                                        ***

            “Kakak,”

            “Ray, kakak janji enggak bakal tinggalin Ray.. Kita berjuang bersama ya Ray!” ujar Keke. Lalu mereka berjalan mencari tempat untuk tidur. Dan didapatinya sebuah toko, dan mereka memutuskan untuk istirahat di depan toko itu.

            “Nice dream Ray,” kata Keke.

                                                                        ***

            “Hei!” teriak seseorang, sepertinya pemilik toko itu. Keke serta Ray tersentak kaget. Keke terkejut melihat pemilik toko yang ternyata, Rio. Rio juga terkejut melihat Keke yang ternyata bermalaman di depan tokonya.

            “Keke?!”

            “Ri..Rio?” Mata Keke seperti berputar-putar. Entah kenapa kepalanya terasa sangat pusing. Dan ia tergeletak pingsan.

            “Ya ampun! Keke!”

                                                                        ***

            “Hah? Aku.. dimana?” tanya Keke terbangun.

            “Kakak!” seru Ray tersenyum senang melihat Keke, kakaknya sudah sadar.

            “Ini di kamar kak Rio!” jawab Ray. Lalu Rio datang, membawa kompres.

            “Keke udah bangun?” kaget Rio melihat Keke terbangun.

            “Aku, Aku harus pergi cari tempat tinggal,” ujar Keke. tapi Rio mencegatnya.

            “Kamu tu sakit, Ke! Demam! Harus banyak istirahat! Tidur dulu sana!” perintah Rio. Keke menundukkan kepala dan berjalan kembali ke kasur kamar Rio.

            “Enggak.. ngerepotin?” tanya Keke. Rio menggeleng, lalu ia mengompres Keke, dan Keke tertidur pulas. Rio tersenyum seraya memandang wajah Keke.

            -Singkat Cerita *again?-

            Keke bangun, Ray telah duduk di samping kasurnya, lalu Keke menggoyang pelan tubuh Ray seakan membangunkan Ray. Rio sedang pergi, dan ia berniat untuk pergi, ia tak ingin merepotkan Rio.

            “Ray, kita pergi yuk.. Kalau disini, nanti kita ngerepotin kak Rio!” ujar Keke. Ray hanya menurut.

                                                                        ***

            Dengan keadaan Keke yang masih sedikit lemah, Keke berusaha berjalan sambil menggandeng tangan adiknya, Ray.

            “Kak.. Kakak yakin?” tanya Ray. Keke mengangguk yakin.

            “Kita jangan ngerepotin kak Rio!” sambung Keke. saat menyebrang, kepala Keke sangat terasa pusing, seluruh jalan terlihat berputar. Kaki Keke seakan tak bisa di gerakkan, ditengah jalan Keke terjatuh.

            “Kakak!” teriak Ray. Dan disaat itu juga, truk besar melaju cepat dan tak sadar adanya Ray dan Keke yang masih ditengah jalan.

            “Ray! Cepat menyingkir Ray! Tinggalin kakak!” teriak Keke. Ray menggeleng.

            “Enggak! Kakak ayo! Ray enggak mau kalau enggak sama kakak!” balas Ray. Keke berusaha untuk berdiri, namun tak berhasil dan sekali mencoba lagi, berhasil. Namun percuma, truk besar itu kini telah dekat dengan mereka dan..

            BRAK!
                                                                        ***

            Kini telah pemakaman Ray dan Keke, tempat mereka bersebelahan. Terlihat Rio yang menangis tak ada hentinya melihat kuburan itu.

            “Keke!! Harusnya aku enggak ninggalin kamu!” teriak Rio menyesal. Alvin, Deva, dan Ozy berusaha menenangkan Rio.

            Dan Mama serta Papa Keke dan Ray. Menangis dan menyesal.. sangat menyesal.

            “Keke, Ray.. Maafin Mama ya sayang..” ujar Mama Keke dan Ray.

            “Keke, Ray.. Seharusnya Papa enggak ngelakuin semua itu!” sambung Papa Keke dan Ray.

            Lalu, Rio teringat. Di tempat kejadian, di dalam tas Keke, terdapat sebuah buku bertulis ‘Keke Ray’s Diary’ buku itu kini dilumuri darah. Rio membuka buku itu.

            ‘Dear Diary,

Mama dan Papa kini cerai, di hari ulang tahunku, sungguh sedih hati ini saat mendengar kalimat yang diucapkan Mama.

Tapi, ada hal yang membuatku sedikit tersenyum, Rio, Alvin, Deva, Ozy, yang telah menghiburku dengan ucapan Happy Birthday.

Sejak dulu, kami, selalu bermain di atas genteng sambil memandang bintang dan berharap ada bintang jatuh. Jika ada bintang jatuh, kami selalu mengucapkan permohonan dalam hati. dan yang kami ucapkan adalah

            ‘Aku ingin keluargaku bisa berkumpul bersama dengan tawa dan canda seperti dulu,’

            Hari masih panjang, kita harus menghadapinya dengan senyuman. Dan harapan, selalu mengelilingi kita. Jika mungkin hari ini adalah hari terakhir kami. Kami ingin melihat senyum dan tawa Mama dan Papa serta semua sahabat dan teman kita.

            Kak Rio, kakak tahu? Dari dulu kak Keke sayang banget sama kakak, dan makasih udah selalu ngehibur kita kak, kita sayang kakak!

            Mungkin cukup, kami sudah tak tahu harus menulis apa lagi. Mama Papa, I Love You..                                                           

                                                                                                Ray & Keke

            “Keke, aku juga.. sayang sama kamu,” ujar Rio. Diary itu telah basah karena air mata Rio yang terus mengalir saat membaca isi tersebut. Di halaman paling yang kosong Rio menuliskan

            ‘Keke, aku juga sayang kamu.. sayang banget.. ‘ dan tiba-tiba buku itu membalik halaman menjadi halaman paling belakang.

            ‘Hehehe, kok kayaknya sedih? Jangan sedih, Yo! Aku enggak pa-pa kok! Makasih ya buat semua bantuanmu, maaf aku belum bisa balas semua kebaikanmu’ Rio tersenyum, memandang tulisan itu, seperti baru saja tertulis. Lalu ia melihat ke atas langit, awan seakan membentuk wajah Keke serta Ray yang tersenyum ceria.

            ‘Keke, Ray, aku kagum banget sama kalian,’


                                                            _The End_

1 komentar:

  1. halooo... dinaaaa memang tidak kawaii heheh *peaceeee* ini kak zhi.. inget kannn yg di IDF <--- SKSD hehehehe..
    mau numpang promosi.. hehhe
    follow blog kakak yaa --> zhiandryos.blogspot.com <--- ^^

    BalasHapus