Rabu, 05 Mei 2010

Tanya Hati part 3 :: Kembalilah Sahabat


“A..Aku,” Cakka menarik nafas. “Suka sama kamu..” ujar Cakka. Keke kaget, setengah mati malahan.
“Tapi maaf Cakk.. Aku.. Enggak mau kehilangan sahabat lagi,” sambung Keke lalu berlari.
“Keke!” Cakka menunduk. “Seharusnya bukan sekarang aku bilangnya,” Datanglah Ray.
“Tu, Cakk! Sekarang aku tau apa yang harus kamu lakuin,” ucap Ray.
“Apa?”
“Hibur Keke.. Atau.. nyoba menyayangi….Oik,” jawab Ray. Cakka memutar bola matanya.
“Nanti saja, Ray! Aku capek!” keluh Cakka lalu berjalan pergi.
“Hei! Tunggu!”
***

‘Agni? Agni suka aku? Ah, tak mungkin! Itu enggak mungkin!’ batin Rio sambil mengacak-acak rambutnya.
“Hei!” sapa seseorang. Rio menoleh, saat melihat orang itu iya memutar mata dan buang muka.
‘Agni?! Aduh, aku harus gimana nih?’ batin Rio terkejut. Ternyata orang itu adalah Agni. Agni menatap Rio bingung, lalu ia duduk di sebelah Rio.
“Haloo? Apa ada orang?” ujar Agni melambaikan tangannya di depan wajah Rio.
Rio tersenyum, “Ada kok,” jawabnya. Secara tiba-tiba, wajah Agni mendadak memerah.
‘Senyum itu… manis sekali,’ batin Agni.
“Haha.. Lagi apa nih?” tanya Agni.
“Enggak ngapa-ngapain kok!” jawab Rio berusaha akrab yah tapi seperti SKSD, haha. Tiba-tiba angin berhembus kencang, bunga melati berguguran entah itu darimana, dari pohon? Sepertinya tidak mungkin.
“Wow.. Bunga melati!” seru Agni kagum. Rio juga terdiam menatap bunga melati yang berterbangan di sekeliling mereka. Lalu Rio memandang Agni, senyumnya manis sekali.
“Bunganya nyangkut tuh di rambutmu!” sambung Rio. Agni mengibaskan rambutnya.
Syuuuu…
“Hei rambutmu! Nyakar mukaku!” keluh Rio. Agni menoleh ke Rio.
“Hehehe.. Sorry!” Yah, siang itu, siang yang sejuk adalah siang yang terindah bagi Agni yang baru pertama kali ini dapat berbicara dengan Rio.
***
Keke di rumah, sendiri. Orang tuanya sedang pergi ke Semarang, mungkin akan lama. Dia masih memikirkan sahabat-sahabatnya, ia rindu keluhan Oik, ia rindu lelucon Agni.
“Agni.. Oik,” ucapnya. Lalu ia mendapat ide. Ia berlari menuju kamarnya yang ada di lantai dua, duduk di meja belajar, dan menulis sesuatu.
***
Oik duduk di depan rumah, Obiet. Ia menunggu Obiet. Beberapa detik kemudian Obiet datang.
“Oik, ada apa?” tanya Obiet lembut. Oik menoleh ke Obiet.
“Aku mau nanya.. Cakka itu, bener-bener suka Keke?” tanya Oik. Obiet terkejut.
“Mmmm.. Iya..sih,” jawab Obiet ragu. Oik menunduk.
“Harapanku sia-sia,” ucapnya lalu berlari.
“OIK!” teriak Obiet. Jujur, Obiet tak tahan melihat gadis menangis, apalagi itu adalah Oik, gadis yang amat ia sayangi.
“Aku harus…… Iya harus!”
***
Keke berlari ke taman sambil membawa dua kandang, apa tu isinya? Ditengah jalan, ia bertemu Rio.
“Angeline..” Keke menoleh.
“Eh, Rio!” sapa Keke ramah. Rio membalas senyum.
“Mau ngapain?” tanya Rio.
“Mau nerbangin merpati.. mau ikut?” ajak Keke. Rio mengangguk. Lalu Keke meletakkan dua kandang itu, dan mengeluarkan kertas yang telah diberi pita berwarna biru dan ungu. Ia mengikatkan pita pada satu merpati, ia juga melakukan hal yang sama pada merpati yang satunya.
“Yo, kamu maukan bantu aku nerbangin merpati ini?” pinta Keke.
“Boleh,” jawab Rio singkat. Keke tersenyum lebar. Segera ia memberikan satu merpati pada Rio, dan ia juga mengambil satu merpati dan ia genggam (kyk apa aja digenggam)
“OKE! Hitungan ke 10 kita terbangin merpatinya ya.. Ayo ngitung bareng!” ujar Keke tersenyum ceria.
“1…2….3…4…5…6…7…8…9………10!”
Dua merpati itu terbang bersama, Keke menatap dua burung merpati itu, lalu melambaikan tangannya.
‘Semoga sampai tujuan ya!’ batin Keke. Rio ikut tersenyum melihat Keke tersenyum ceria.
“Ngomong-ngomong, isi surat itu apaan sih?” tanya Rio penasaran. Keke menatap Rio, tersenyum penuh misterius.
“Ada deh!” jawab Keke.
“Jahat! Hahaha,” tawa Rio karena digelitiki oleh Keke.
“Hahahahaha! Lucu deh kalau kamu ketawa!” ujar Keke. Rio tersenyum jail, lalu ia berganti menggelitiki Keke.
“Wuaahh! Rioo! Hahahhahahaha!!” tawa Keke sambil berlari.
***
Saat Oik akan pergi keluar, yah ingin mampir lagi gitu ke tempat Obiet. Tapi, langkahnya terhenti ketika ia melihat burung merpati yang menurunkan sebuah surat yang berpita pink.
‘Surat?’ batin Oik lalu memungut surat itu. Ia membuka dan membaca isi surat itu.
Di sisi lain. Agni, yang akan pergi les gitar tiba-tiba…
PRAK!
“Aduhh!! Heh? Ah! Merpati sialan! Eitss.. ada surat!” ujar Agni enggak jelas. Ia memungut surat itu dan segera membuka dan membaca. Tanpa sadar, ia menitikkan air mata. Begitu juga Oik, air matanya lumayan deras, membasahi pipi Oik yang chubby. Membuat kertas itu basah. Agni mendongakkan kepalanya, lalu ia berlari ke suatu tempat.
***
Keke berlarian mengejar Rio. Sepertinya, Rio berlari terlalu cepat, hingga Keke tak dapat mengejarnya. Jejaknya hilang, Keke celingak-celinguk mencari dimana keberadaan seorang Rio. Dan dari belakang..
“BUA!!” teriak Rio mengangetkan. Keke jelas terkejut.
“Rioo!! Jeleeek!” ledek Keke otomatis.
“Gendut!”
“Tiang listrik!”
“Serampangan!”
“Kikuk!”
“Lelet!”
“Udah ah! Capeeeek.. bweeeeeeekk!” ledek Keke lagi. Kali ini bonus dengan juluran lidahnya.
Cakka melihat adegan pertengkaran itu. Walaupun itu pertengkaran yang amat… aneh, tapi Cakka tetap cemburu.
‘Rio! Dulu Agni! Sekarang Keke! Kapan dia mengizinkanku untuk menyayangi seorang perempuan?’ batin Cakka bagi dinna lebay.
“Eh, Cakka?” kaget Oik melihat Cakka saat ia akan menghampiri Keke.
“Oik?”
“Kamu kenapa, Cak?” tanya Oik.
“Lagi liat orang pacaran!” jawab Cakka. Oik sedikit melirik ke pemandangan yang dilihat Cakka.
‘Rio-Keke..’ batinnya sambil menganggukkan kepala. Sedih, mungkin itu yang dirasakan Oik. Niatnya menghampiri Keke kini terpendam, jauh di dalam sana ia pendam.
“Mereka.. sebenernya ada hubungan apa sih?” tanya Cakka.
“Mereka kan biasa kayak gitu.. Toh, mereka juga enggak ciuman.. Ngapain harus cemburu?” hibur Oik.
‘Iya juga sih..’ jawab Cakka membatin.
“Kamu mau kemana, Ik?” tanya Cakka.
“Ah, enggak kemana-mana kok! Cuma jalan-jalan, Hehehe,” jawab Oik.
***
Yah, ternyata Agni sama saja, ia melihat adegan pertengkaran amat aneh itu, dan ia pendam rasa ingin memaafkan Keke.
‘Enggak jadi deh!’ batinnya. Saat ia membalik tubuh, terdapat Obiet yang telah berdiri tegap dibelakangnya. Ia tersenyum lucu.
“Eh… Obiet?” sapa Agni.
“Ag, aku mau ngomong sama kamu..” ujar Obiet.

--

Mau tau isi surat Keke?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar