Rabu, 05 Mei 2010

Tanya Hati part 2 :: TMT!



‘Jelas-jelas dulu aku udah cerita ke Cakka.. Tapi sekarang dia malah suka sama Angeline..’ batin Rio berlari penuh amarah.
Di sisi lain ada juga Agni yang kesal. ‘Keke deket sama Rio?! Ah.. Ke.. Jangan-jangan kamu suka sama Rio..’
Di tempat lain, Keke bertemu Cakka.
“Eh, kamu?” kaget Cakka.
“Enggak usah sok sinetron! Lebay amat! Kamu yang tadi aku tabrak kan?” tanya Keke. Cakka mengangguk. Akhirnya mereka jalan berdua menuju kelas masing-masing.
“Hmm.. Kamu kenal Rio?” tanya Cakka. Keke menatap Cakka.
“Kenal,” jawab Keke singkat.
“Dia manggil kamu Angeline ya?” tanya Cakka sekali lagi. Keke menaikkan salah satu alisnya.
“Ya, kadang Angel kadang Angeline.. Emang kenapa?” tanya Keke balik. Cakka menggeleng.
“Enggak kok,” akhirnya mereka diam. Ingin Keke membuka pembicaraan supaya suasana yang sepi itu hilang, Tapi apa?
Dari kejauhan, ada seseorang yang sejak tadi menatap Keke dan Cakka. Orang itu menahan tangis, lalu ia berlari menuju ruang musik.
***
“Apaan tuh? Tadi bilang dia enggak ganteng! Rambutnya nyakar muka! Buktinya? Sekarang dia malah asik berduaan! Keke pembohong!” keluh Oik sesenggukan.
“Oik?”
“Loh? Rio? Kamu ngapain disini?” tanya Oik sambil menghapus air mata dengan tangannya.
“Cuma mau kesini aja.. Ka..Kamu nangis, Ik?” kaget Rio.
“TMT!!!!” teriak Oik tiba-tiba membuat Rio kaget.
“Siapa yang TMT?” tanya Rio.
“Hiks.. Keke..”
“Angel? Dia emang kenapa?”
“Dia tadi jalan sama Cakka berdua! BERDUA yoo!!” jawab Oik menekankan kata ‘berdua’
“Aku pergi dulu ya, Ik..” pamit Rio langsung berlari pergi.
***
“Angel…Angeline…” panggil Rio saat melihat Keke duduk di bangku belakang paling pojok. Rio mendekat ke bangku Keke. makin lama, terlihat bahwa Keke sedang menangis.
“Kamu.. kenapa nangis?” tanya Rio. Keke diam, tangannya menutup mukanya, ia malu jika Rio melihat dirinya sedang menangis.
‘Cakka.. Dia apain Angel? Cakk..a..’ batin Rio geram. Ia berlari menuju kelas Cakka.
***
“Cak.. Jujur, kamu tadi apain Angel?” tanya Rio.
“Ha? Aku enggak apa-apain dia kok!” jawab Cakka.
“Ngaku aja kamu! Kalau kamu enggak apa-apain dia, kenapa dia nangis kayak gitu hah?!” marah Rio. Cakka kaget, dia justru baru tahu kalau Keke nangis.
“Sueer.. Aku enggak apa-apain dia!” balas Cakka sedikit membentak. Rio rasanya ingin menonjok pipi Cakka itu namun terhenti.
“Rio, jangan.. Ini bukan Rio yang aku kenal,” ujar Keke menahan tangan Rio.
“Angel..” ujar Rio karena melihat Keke sedikit meneteskan air mata. Lalu Keke berlari pergi, ia tak mau lagi-lagi Rio melihat dirinya sedang menangis.
“Tuh kan! Ini semua justru gara-gara kamu!!” bentak Cakka sambil sedikit mendorong Rio, kemudian dia berlari mengejar Keke. Rio tetap diam dan bengong disitu. Hingga Agni datang.
“Yo, kamu…kenapa?” tanya Agni
“Maaf, Ag.. Aku enggak bisa jawab.. Aku mau ke tempat Angel dulu,” jawab Rio.
“Angel? Perasaan di sekolah ini enggak ada yang namanya Angel? Angel siapa sih?” tanya Agni bertubi-tubi pada dirinya sendiri.
“Apa aku tanya… Obiet ya? Ya, Obiet!”
***
“Ke.. Keke..” panggil Cakka menghampiri gadis yang duduk di taman sendirian. Gadis itu menoleh.
“Aku.. bukan Keke.. Cak,” ujar gadis itu yang ternyata Oik. Dia juga menangis.
“Oik? Ah, maaf.. aku salah orang,” sambung Cakka meminta maaf lalu pergi mencari Keke.
“Ke..kenapa sih … yang ada dipikiran Cakka cuma Keke! Kenapa enggak aku?” tanya Oik masih sesenggukan. Lalu datanglah Rio.
“Oik? Loh? Kamu nangis lagi?” tanya Rio. ‘Hari ini banyak cewek yang aku temuin nangis..’ batinnya.
“Ta..tadi.. Cakka.. dateng.. Dia ngira aku Keke.. Kenapa sih dia merhatiin Keke terus? Kenapa bukan aku?” cerita Oik pada Rio. Rio mengangguk.
“Ya, aku ngerti perasaanmu.. sama kayak perasaanku hari ini... Jangan nangis ya.. Tetap tersenyum menghadapi semua cobaan.. Aku pergi dulu ya..” pamit Rio. Oik tersenyum dan mengangguk.
‘Oik.. Kamu jahat Ik.. Katamu Cakka.. Kenapa sekarang kamu sama Rio?!’ batin seseorang. Kalian tahu itu siapa?
***
“TMT!!” teriak Agni di taman yang sepi.
“Sahabat apaan tuh? Makan sahabat sendiri!” marah Agni sambil menendang batu. ‘Oh ya, akukan mau ke tempat Obiet.. aduh, sampai lupa..’ Tepat saat itu, Obiet datang.
‘Panjang umur tuh Obiet.. Aku omongin langsung dateng!’ batin Agni senang lalu menghampiri Obiet.
“Biet.. Obiet.. Kamu deket kan sama Rio?” tanya Agni. Obiet mengangguk.
“Lalu kenapa?” tanya Obiet balik.
“Aku mau tanya, Angel yang dimaksud Rio itu sapa sih?”
‘Aduh.. jawab enggak nih? Hmmmmm..’ pikir Obiet terkejut. Agni menyipitkan salah satu matanya.
“Angel itu….. Keke..” jawab Obiet.
“Apa?! Keke?!” kaget Agni. Obiet mengangguk.
“Aku duluan ya, Ag..” pamit Obiet.
Agni mengangguk, “Sankyu ya udah jawab!”
‘Ternyata, dua sahabat yang aku sayangi, yang paling berharga.. Semua pengkhianat!’ batin Agni.
***
“Huft.. Keke.. kenapa sih nangis segala?! Ahh, Keke bodoohh!” teriak Keke menyalahkan diri sendiri.
Disisi lain, Oik masih juga menangis sambil memandang hasil gambarannya.
“Kekee! Dasarr! Makan temenn!!” marah Oik sambil meremas hasil gambarannya. Kalian tahu apa gambar itu? Ya, gambar hasil mereka bertiga (Oik, Keke, Agni) dulu waktu TK.
Di tempat yang lain, Agni masih kesal, tapi ia juga didampingi rasa bingung.
“TMT! Katanya enggak suka! Tapi kenapa mereka berduaan?!” keluh Agni sambil mengacak-acak rambutnya.
‘Tapi, Angel kan Keke.. Kenapa tadi dia sama Oik?’ pikir Agni.
Di sebuah ruangan yang berbeda dari mereka bertiga, ada Obiet yang sedang bermain biola.
“Argghh!!” teriak seseorang tiba-tiba saja datang dan langsung memberontak.
“Rio.. Kamu kenapa?” tanya Obiet berhenti bermain biola.
“Cakka! Dia suka sama Angeline! Padahal dulu waktu SD kelas 5 kita udah saling jujuran.. Dan dia bilang dia suka Agni!” jawab Rio. Panjang umur deh Cakka, ia datang dan juga memberontak.
“Keseeeeeeeel!!” teriaknya. Obiet kini ganti berlari menuju Cakka.
“Kesel kenapa, Cak?” tanya Obiet.
“Si Rio.. Katanya suka Angeline! Tapi, dia ternyata suka Keke!” jawab Cakka.
‘Nah lho! Sekarang aku harus gimana?’ pikir Obiet.
“Heh Cak! Masa kamu enggak tau sih? Angeline yang dulu aku maksud itu ya Keke, Gabriel Angeline Thalita Pangemanan!” balas Rio. Dia sampai hafal nama panjang Keke yang benar-benar panjaaang.
“Salah sendiri kamu bilangnya Angeline bukan Keke!” Cakka tak mau kalah.
“Aku panggil dia Angeline atau Angel karena dia itu bagaikan malaikat dimataku!” sambung Rio juga tak mau kalah. Obiet bingung, ia hanya melihat pertengkaran adu mulut itu dengan perasaan khawatir.
“Asal kamu tau, Yo.. Agni itu dari dulu suka sama kamu!!” bentak Cakka mendobrak meja.

“Hah?!” kaget Obiet. Rio diam.
“Jangan coba-coba bohong deh!” bentak Rio balik.
“Aku tu sekelas, dan aku deket sama Agni! Dia sendiri pernah curhat sama aku! Dan setelah itu, aku berencana buat cari orang lain! Tapi setelah aku dapet, ternyata kamu ngacauin lagi!” jelas Cakka.
“Kan aku enggak tau! Kenapa juga kamu enggak kasih tahu aku dari dulu?!”
“Karena aku enggak mau bongkar rahasia Agni, Yo!”
“Ah! Tau ah! Aku pusing sama kamu, Cak! Aku bener-bener kecewa sama kamu!” ujar Rio lalu melangkah pergi.
“Urghh!!” geram Cakka kembali duduk.
“Sabar, Cak,” kata Obiet menenangkan Cakka.
“Kesabaranku udah habis, Biet!” Obiet tertegun, ia bingung bagaimana caranya supaya kedua sahabatnya itu dapat akur kembali?
***
“Ku tak percaya.. Kau ada disini.. menemaniku.. disaat dia pergi..” senandung Oik.
Di tempat lain, ternyata Agni juga menyanyikan lagu tersebut. “Sungguh bahagia, kau ada disini.. menghapus semua sakit yang kurasa..”
Yah, jodoh deh mereka, Keke juga di tempat lain menyanyikan lagu tersebut. “Mungkinkah kau merasakan.. semua yang kurasakan.. tenanglah kasih..”
“Kusuka dirinya mungkin aku sayang.. namun apakah mungkin kau menjadi milikku.. tak pernah menjadi.. menjadi miliknya.. namun salahkah aku.. Bila kupendam rasa ini,” senandung mereka bertiga dari tempat yang berbeda-beda.
Sungguh malang nasib tiga sahabat itu. Namun, dari kejauhan ternyata ada seseorang yang selalu memperhatikan ketiga gadis itu.
“Bagus, padahal gue belum ada rencana apa-apa mereka malah udah pada berantem! Good!” ujar orang itu tersenyum licik.
***
Besoknya, Keke bertemu Oik di kelas. Keke tersenyum, Oik biasa aja.
“Hai, Ik!” sapa Keke tersenyum manis. Oik tak menjawab dan pergi berjalan menuju bangkunya. ‘Oik, kenapa sih?’
“Eh, Angel…” panggil Rio.
“Maaf, yo.. Tapi, aku ada urusan.. permisi..” pamit Keke pergi.
“Agh! Siaal..”
***
“Agni!” panggil Keke. Agni menoleh, lalu kembali berjalan tak menghiraukan Keke. ‘Ya ampun.. Apa sih yang terjadi?’
“Hai Ke..” sapa Cakka.
“Hai juga! Maaf, tapi aku harus pergi dulu.. permisi..” pamit Keke berjalan pergi.
“Gagaaaaal!”
***
Hari ini sangat hambar bagi Keke, ia merasa tak memiliki teman. Ia duduk dan menyandarkan kepalanya di jendela. Lalu ia menatap langit.
‘Ag, Ik, apa sih salahku?’ pikirnya. “Hari ini hambar tanpa kalian,”
Tiba-tiba, datanglah Ozy. Ia menyerahkan setangkai mawar putih. Keke bingung, apa maksud Ozy?
“Setangkai mawar untuk putri yang cantik,” ujar Ozy. Keke menaikkan salah satu alisnya.
“Maksudmu?”
“Lihat dulu deh tu mawar!” pinta Ozy. Lalu Keke mengambil mawar putih itu. Ada pita pink yang menghiasi tangkainya dan pita itu bertulisan ‘Rio’
“Hah?” Ozy tersenyum lebar.
“Setangkai mawar untuk putrid yang cantik dari pangeran,” ujarnya lagi. Keke menatap Ozy.
“Dari Rio?” tanyanya. Ozy mengangguk.
“Ni suratnya!” diserahkannya surat itu. Keke membuka surat itu dan membacanya.
‘Malaikatku, jangan lesu gitu dong! Ayo senyum.. Nanti cantiknya ilang lho!’ yang hanya begitu isinya. Membuat Keke sedikit tersenyum.
‘Sukses!’ batin Ozy girang lalu menoleh kebelakang dan mengacungi jempolnya pada Rio. Rio tersenyum bahagia.
***
Oik di taman, duduk, sendiri. “Enggak ada temen..” ujarnya. Tiba-tiba ada yang menyodorkan setangkai bunga lily pada Oik. Oik mendongakkan kepala untuk melihat orang itu. Orang itu tersenyum pada Oik. Tanpa berkata apapun, orang itu berlari pergi.
‘Untuk putri,
Ayo tersenyum! Jangan merengut gitu! Nanti nyamuk-nyamuk pada takut..
Aku memberikan setangkai lily ini karena persis seperti dirimu yang manis, lembut, dan baik hati. lily ini memang layu, ia layu karena melihatmu sedih.
Lily ini akan seperti dirimu, jika kamu sedih dia layu.. jika kamu senang, dia mekar.. jika kamu marah dia akan sedikit layu.. makanya, kamu senyum dong! Biar bunga ini juga mekar!
Dari,
Obiet’
“White Lily Flower..” ujar Oik tersenyum. Obiet yang ternyata masih mengintip dan sembunyi di semak-semak ikut tersenyum.
***
Di kelas, Agni diam saja. Dia bingung, dia sekarang sedih atau marah atau bahagia? Lalu tiba-tiba ada yang melempar kertas dan tepat kena di kepalanya.
“Ish.. sapa sih?” keluh Agni. Lalu ia mengambil kertas itu.
‘Open here!’ yah itulah tulisan yanga ada di depan kertas itu. Agni membukanya.
‘☺ senyum itu menyenangkan’ hanya begitu tulisan yang ada dikertas itu. Lalu Agni celingak-celinguk mencari siapa yang melempar kertas itu. Didapatnya Cakka yang sudah nyegir kuda.
‘Dasar Cakka!’ batin Agni sedikit tersenyum.
***
“Ray!” panggil Cakka.
“Kenapa, Cak?”
“Kamu bisa enggak bantu aku?”
“Bantu apaan?” tanya Ray. Cakka membisiki sesuatu pada Ray.
“Oh? Yaya… Sip! Aku bakal bantu kamu, Cak! Tenang aja..” ujar Ray tersenyum lucu.
***
“Keke,” panggil Cakka. Keke sebenarnya ingin pergi, namun tangannya sudah digenggam oleh Cakka.
“Kenapa?” dengan terpaksa ia meladeni Cakka.
“Plis.. Kita jalan bareng bentar.. Ada yang mau aku sampein,” ujar Cakka. Keke berpikir, lalu mengangguk.
‘YES!’ batin Cakka girang.
***
“Angeel? Angel!” teriak Rio tiba-tiba teringat Angeline atau Keke. Oik yang sedang lewat langsung dicegat Rio.
“Ik, Angeline mana, Ik? Mana??” tanya Rio khawatir. Oik mengangkat kedua pundaknya pertanda tak tahu.
“Ngapain nyari Keke yang suka makan temen!” sambung Oik. Rio kaget. Bukankah Oik BF Keke? kenapa ia berkata seperti itu? Banyak sekali pertanyaan yang terpancar di kepalanya.
“Jadi.. Kamu suka Cakka?” tanya Rio ragu. Oik bingung harus menjawab apa.
“Emm.. bukan.. gi.. emm,” Lalu Rio menepuk pundak Oik.
“Kalau suka bilang aja enggak pa-pa.. Kalau gitu kita senasib!” kata Rio lalu melangkah pergi.
***
“Waw.. Banyak kupu-kupu ya disini!” kagum Keke saat melihat kupu-kupu yang cantik berterbangan.
“Iya,”
“Emmm.. Ke,” Keke menoleh ke Cakka.
“Apa?” tanyanya dengan senyum manis.
“A..Aku….,”

TO BE CONTINUED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar