Rabu, 05 Mei 2010

Tanya Hati part 4 :: My Daddy


My Daddy

KRING! KRING! Telepon berbunyi. Keke segera berlari ke lantai bawah,
“Halo?”
“Bisa bicara dengan Gabriel Pangemanan?” tanya orang diseberang.
“Iya saya sendiri.. ada apa ya?” tanya Keke balik.
“Apakah benar anda adalah putri dari bapak Jefta Pangemanan?” Keke terkejut, firasat buruk ada dibenaknya.
“Iya, memang ada apa ya?”
“Beliau termasuk dalam korban kereta Semarang-Jakarta yang sudah ditemukan dan….” Orang itu sepertinya tak kuasa untuk melanjutkan kalimatnya, ia menarik napas dan berkata, “sudah tidak bernyawa..”
PRAK! Telepon jatuh begitu saja, Keke benar-benar terkejut. Ia menutup telepon dan ke kamar.
“Tunggu! Ini enggak mungkin! Papa… Papaa enggak mungkiinn!!!!!” teriak Keke. Air matanya kini deras, ia tak dapat membendung air matanya kembali.
***
‘Emmm.. Aku pingin banget minta maaf ke Keke, tapi kenapa ada sedikit rasa untuk mengubur niatku itu,’ batin Oik. Keke datang, berjalan dengan menundukkan kepala.
‘Keke! ah, akhir-akhir ini kenapa aku sering nangis ya?’ pikir Keke sambil menghapus air matanya dengan tangannya. Rio ternyata sejak tadi menatap Keke, ia heran kenapa Keke berbeda dari biasanya? Biasanya dia selalu ceria.
“Angeline!” panggil Rio. Awalnya, Keke ingin berlari pergi, tapi tangannya sudah keburu di genggam Rio.
“Kamu kenapa?” tanya Rio lembut. “Kamu nangis?” tanya Rio lagi.
“aa..ee.. nanti aja yo aku jelasin ke kamu,” jawab Keke berjalan ke bangkunya. Rio tak tahan melihat Keke menangis seperti itu, ia memberi isyarat pada Keke ‘Nanti di taman waktu istirahat’
***
“Ag, aku mau ngomong…”
“Apa?”
“Kamu marahan ya sama Keke?” tanya Obiet.
“Emang apa urusannya sama kamu, Biet?” tanya Agni balik. Obiet menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Ee.. ya enggak pa-pa.. pingin tahu aja,” jawab Obiet.
“Kalau iya emang kenapa?” tanya Agni lagi. Obiet menelan ludah.
“Asal kamu tau, Keke setiap hari itu… sengsara tanpa kalian,” ujar Obiet lalu berlari pergi. Agni masih tetap berdiri disitu dengan tatapan bingung akan perkataan Obiet barusan.
“Maksudnya?”
***
Keke berjalan menuju taman, terdapat Rio telah duduk di kursi yang ada di taman.
“Angeline, sebenernya kenapa sih?” tanya Rio.
“Papaku, Yo.. Papaku.. kecelakaan kereta waktu mau pulang, dan sekarang….” jelas Keke memeluk Rio. Tangisannya deras. Lalu Rio mencoba menghiburnya dengan menyanyikan lagu ‘My Daddy’
“Kau yang selalu mengajariku bagaimana menjadi anak yang berbakti.. kau yang selalu membelaiku saat ku menangis karna ku tak mampu,” senandung Rio sambil mengelus rambut Keke. Keke melepas pelukannya dan memandang Rio dengan sedikit senyum.
“Oh my Daddy..” lanjut mereka berdua.
“Kau selalu memahamiku walau aku sering membuatmu tak mengerti.. kau yang selalu membelaiku saat ku menangis karna ku tak mampu,” senandung Keke.
“Ku cinta dirimu.. bagiku kau pahlawan hidupku.. ku sayang dirimu .. ku berjanji membahagiakanmu.. I love you my daddy.. I Love you my Daddy..”
“Kau yang selalu memahami walau aku sering membuatmu tak mengerti..” lanjut Rio.
“Kau yang selalu membelaiku saat ku menangis karna ku tak mampu..” lantunan suara Keke sangat merdu dan tinggi.
“Ku cinta dirimu.. bagiku kau pahlawan hidupku.. ku sayang dirimu.. ku berjanji bahagiakanmu.. I Love you my Daddy..” Keke tersenyum dan memandang Rio, Rio pun membalas senyuman itu.
“Kau tahu kan, Papamu sekarang ada dimana?” tanya Rio.
“Dimana?”
“Disini.. Di hatimu.. selamanya,” jawab Rio.
‘Papa, kau tetap ada dihatiku selamanya.. terima kasih atas segala yang kau berikan.. aku sangat mencintaimu Papa.. Maaf aku belum sempat membuatmu bangga padaku.. I Love you My Daddy,’ batin Keke.
***
Obiet berjalan menuju bangku Cakka, ia berbisik pada Cakka, “Cak, kumohon, berusahalah menyayangi Oik,” bisiknya lalu berlari pergi. 2 orang kini dibuat bingung Obiet dengan kalimat yang dia ucapkan.
“Maksudnya?”
***
Pemakaman Papa Keke, ada Rio, ada Obiet, ada Cakka, ada Oik, dan ada Agni. Keke menangis, tapi tak seberlebihan seperti di sinetron. Karena, Keke tahu, bahwa Tuhan tidak senang dengan orang yang seperti itu. Menangis berlebihan seperti itu, bagaikan tak ikhlas akan kepergian Papa. Keke duduk, menatap tulisan ‘Jefta Pangemanan’
“Ku cinta dirimu.. bagiku kau pahlawan hidupku.. Ku sayang dirimu.. ku berjanji bahagiakanmu,” senandung Keke. “I Love you my Daddy”
“Udah, Ke? Kita pulang yuk!” ajak Oik. Yah, baru saja mereka saling bermaafan, begitu juga Agni.
Dari kejauhan, di semak-semak, ada seseorang yang sejak tadi melihat mereka.
‘Mungkin sekarang, kamu bisa tersenyum puas, Ke.. Tapi tidak dengan hari esok,’ batin orang itu tersenyum licik.
***
Di mading hari ini, sangat ramai. Entah apa yang dilihat mereka, dan itu membuat Keke beserta Rio dan yang lain penasaran dan menghampiri mading itu.
“Cih, lihat tuh.. Dasar cewek rakus!” bisik salah satu teman Keke. Keke sebenarnya menyadarinya, tapi ia tak menghiraukan kalimat itu.
Setelah berdempetan untuk melihat mading, akhirnya Keke dapat sedikit leluasa untuk melihat mading itu.
“HAH?!” kagetnya.
‘KEKE SI CEWEK RAKUS!’ yah, begitu tulisan besar yang bagaikan judul, lalu terdapat foto saat Keke bersama Rio, bersama Cakka, begitu juga Obiet, dan tak tertinggal, Ozy, sepertinya orang itu salah sangka. Ia mengira Ozy yang memberi bunga mawar saat itu, padahal itu titipan Rio.
“Apa-apaan nih?!” marah Rio.
“Siapa sih yang tega bikin beginian?!” sambung Cakka juga marah.
“Orang itu.. bener-bener keterlaluan,” sambung Obiet dengan santai tidak dengan emosi.
“Salah kira tu orang yang bikin! Aku enggak mungkin ngasih bunga ke Keke!” lanjut Ozy. Agni dan Oik, udah mangap, tak berkata apa-apa. Konyol, bagi Keke.
“Ya ampun! Lucu banget! Cocok jadi pelawak deh yang bikin!” ujar Keke tertawa terbahak-bahak. Rio sepertinya sangat marah, ia merobek kertas yang tertempel di mading itu dan meremas, lalu membuang di tong sampah.
“Harus masuk RSJ tu orang!” kata Oik ikut emosi.
“Jangan lebay, Ik!” lanjut Agni. Pak Herry datang dengan gaya sok gagahnya.
“Siapa yang berani-berani bikin mading beginian?” tanya Pak Herry sambil membawa gambar bertulisan ‘RIO TUKANG NGEROKOK’ udah jelas banget itu foto Rio ngerokok rekayasa, alias abal-abal.
“Ampun deh! Jangan-jangan tu orang sama yang bikin Keke tadi itu!” tebak Cakka.
“Mungkin, Cak,” jawab Obiet. Lalu Obiet mengelus pundak Rio, ia berusaha menenangkan Rio.
“Sabar aja ya,”
***
“Tega sangats tu orang yang bikin gosip BEBEKEMELET!” keluh Oik.
“Apa? Bebekemelet? Apaan tuh, Ik?” tanya Keke sedikit tertawa.
“Entahlah.. aku sendiri tak mengerti,” jawab Oik cengengesan enggak jelas.
“Ke, kok kamu kayaknya enggak ada rasa marah sama sekali? Padahalkan kamu yang jadi covernya,” tanya Agni.
“Biasa ajaa, lagian.. konyol banget tau tu gosipnya! Ahahaha..” tawa Keke.
“Ihh, Keke gemees aku! Kamu anaknya poloos bangeeet deh!” ujar Agni mencubit pipi Keke.
“Huaah! Pipiku! Jangan dicubitinn!” keluh Keke lalu berlari. Jadilah, aksi kejar-kejaran tom and jerry antara Keke dan Agni, Oik hanya tertawa terbahak-bahak melihat kejadian itu.
Persahabatan mereka kini telah kembali bersatu, tapi bagaimana dengan persahabatan antara Rio- Cakka-Obiet? Dan bukan berarti semua masalah kini selesai, masih ada seseorang yang hingga saat ini keberadaannya masih dirahasiakan atau belum diketahui ya? entahlah, mungkin semua itu akan lama untuk terpecahkan.
Cakka kini berjalan mundur, entah ada angin apa, Oik juga berjalan mundur saat itu. Hingga akhirnya mereka bertabrakan.
“Cakka?”
“Asal kau tahu, aku sangat menyayangimu,” ujar Cakka lalu berlari pergi. Oik bingung. Jelas saja, Cakka terlalu cepat saat mengatakan kalimat itu.
“Maksudnya apa?”
***
“Rioo! Temenin aku ke makam Papa yuk!” ajak Keke. Rio mengangguk.
Saat sampai di makam Papa Keke, Keke tersenyum dan menaburkan bunga ke atas makam Papanya.
“Kalau boleh tanya, Mama kamu gimana?” tanya Rio. Keke menoleh ke Rio.
“Entahlah.. Para petugas masih berusaha nyari Mama.. Tapi, aku yakin Mama pasti selamat!” jawab Keke tersenyum ceria. Rio pun ikut tersenyum melihat senyuman Keke.
Dan tiba-tiba hand phone Keke berbunyi, entah siapa itu nomor tidak diketahui. Keke mengangkatnya.
“Halo?” lalu Keke berbicara. Sepertinya kabar yang tak seindah kupu-kupu yang hinggap di bunga, senyum Keke pun memudar. Lalu ia menutup telepon.
“Kenapa?” tanya Rio. Keke menatap Rio, wajah Keke seakan ingin menangis lagi.
“Ternyata aku salah, Yo.. Mama.. Mama jugaa…. Hiks!” tangis Keke. Rio menelan ludah. Dia ikut kaget.
***


TO BE CONTINUED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar